Wayang Golek, Kesenian Yang Nyaris Punah
Banyak yang menyangka bahwa seni wayang golek berasal dari India. Namun, R. Gunawan Djajakusumah, penulis buku tentang wayang golek, membantah hal ini. Menurut beliau wayang golek adalah budaya asli yang dikembangkan masyarakat Indonesia. Mungkin saja didalamnya ada akulturasi dengan pengaruh budaya lain.
Perkataan wayang berasal dari “wad an hyang”. Artinya leluhur. Akan tetapi ada juga yang berpendapatan yaitu dari kata “boyangan", mereka yang berpendapatan bahwa wayang berasal dari India, nampaknya melihat dari asal ceritanya yaitu mengambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata berasal dari kitab suci Hindu, tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan disesuaikan dengan kebudayaan Jawa.
Wayang Golek adalah suatu seni tradisional sunda. Pertunjukan Wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan, Daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran Wayang Golek.
Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangunan wayang purwa sejumlah 7 buah dengan menarik cerita menarik yang diiringi gamelan salendro. Pertunjukannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyeruai boneka yang terbuat dari kayu, bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit. Jadi seperti wayang golek oleh karena itu disebut sebagai wayang golek.
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, sehingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif dikepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini wayang menjadi lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang digunakan dalam wayang ada 4 yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengembangkan kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan “sapta sila kehormatan seniman seniwati pedalangan Jawa Barat”. Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung.
Namun tidak bisa dipungkiri dampak negatif dari globalisasi salah-satunya dapat mengancam seni dan budaya masyarakat yang bertahun-tahun tumbuh di Tanah Air ini. Pemuda penerus bangsa sepatutnya dapat menjadi hal utama yang mempertahankan kebudayaan kita. Pandangan masyaraka masa kini melihat kesenian wayang golek merupakan hal tabu. Hal ini tentunya sangat miris, melihat kesenian daerah berangsur-angsur ternggelam ditelan zaman.
Mukhtar Sutarya Dalang asal Cimahi Jawa Barat pernah mengatakan, hidup-matinya Wayang Golek tergantung sejauh mana masyarakat melestarikannya. Jika masyarakat membiarkannya, maka ia akan hilang sebagai kesenian Indonesia. “Ke depannya Wayang Golek harus diangkat biar tidak punah” lanjut Mukhtar.
Kepedulian pemerintah untuk melestarikan dan memperhatikan budaya kita setidaknya dapat menadi acuan dan motivasi bagi masyarakat Indonesia untuk melestarikan dan mengembangakn budaya wayang golek. Indonesia termasuk Negara yang penuh warna-warni budaya dari sabang sampai merauke penuh dengan budaya, semakin berkembangnya zaman dan tidak adanya filter budaya barat serta pengaruh globalisasi yang tak terbendung membuat kesenian kita kian menghilang.
Kepunahan ini terjadi karena sedikitnya pihak yang mengadakan serta antusias dengan adanya pagelaran wayang golek, seni wayang golekpun hanya tampil di perayaan nasional. Hal-hal yang bersifat artifisial hendaknya tidak menodai pertunjukan kesenian tradisional. Peningkatan kegiatan yang dapat menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian tradisional perlu dilakukan dan ditingkatkan. (rsn-onvsoff)
wayang golek memang sudah benar-benar hampir punah dabandingkan dengan wayang kulit
BalasHapus