Toko Merah, Saksi Bisu Sejarah Perjuangan Bangsa

 

Toko Merah, Saksi Bisu Sejarah Perjuangan Bangsa

Toko Merah adalah salah satu bangunan tertua di Kota Tua Jakarta yang menjadi saksi kejayaan Batavia lama, dibangun pada tahun 1730. Gedung yang berlokasi di Jalan Kali Besar Barat No 107 ini dulunya adalah rumah seorang Gubernur Jenderal VOC, Willem Baron van Imhoff (1705-1751).

Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Gubernur Jendral VOC, sebagai rumah tinggal. Pada saat ia membangun Toko Merah jabatannya masih sebagai opperkopman, sehingga kadangkala orang meragukan bahwa Toko Merah dibangun van Imhoff. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah dan nyaman.

Nama "Toko Merah" berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Cina, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati juga nampak pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar berwarna merah dengan ukiran-ukirannya yang juga berwama merah.


Gedung Toko Merah dibangun di atas areal seluas 2.455 m2. Bangunan terdiri atas tiga gedung yang menyatu. Bangunan depan (tingkat dua) dan belakang (tingkat tiga), membujur dari utara ke selatan, adapun bangunan tengah merupakan penghubung bangunan utara dan selatan, melintang dari timur ke barat. Arsitektur bangunan mencerminkan perpaduan bangunan Cornice House (bangunan dengan dinding muka yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) pada abad ke-18 dan atap tropis. Bangunan Toko Merah sebenarnya merupakan bangunan kembar, dua rumah di bawah satu atap. Hal itu terlihat dengan adanya dua buah pintu masuk ke dalam bangunan dan adanya parapat pemisah yang biasa dibuat untuk mencegah apabila terjadi kebakaran tidak menjalar ke gedung sebelahnya.


Konon Toko Merah tersebut adalah bangunan yang menjadi saksi bisu pembantaian berdarah ratusan atau bahkan ribuan etnis Tionghoa Batavia di jaman penjajahan. Dulunya tempat tersebut adalah milik salah satu petinggi VOC yang mencetuskan pembunuhan kepada orang Tionghoa aslias orang Cina yang berada di Kota Jakarta, atau dulu masih dikenal dengan Batavia.

Selain menjadi tempat pembantaian etnis Tionghoa, bangunan tersebut dikabarkan juga dijadikan tempat penyiksaan, khususnya para gadis.

Karena sejarah kelam yang penuh dengan darah dan air mata itu yang menjadikan bangunan tersebut menjadi angker. Banyak orang yang  mengalami kejadian berbau mistis di sekitar area tersebut. Seperti terdengar suara langkah prajurit, tangisan dan teriakan wanita, serta bunyi aneh lainnya yang kerap muncul di bangunan tua itu. Bukan hanya suara, tetapi ada saksi mata yang sering melihat sesosok wanita misterius disana yang diyakini makluk itu adalah kuntilanak.

Bangunan tua dan unik yang menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, menjada daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik dalam dan luar negeri.  Lokasinya yang mudah di jangkau dan strategis ini menjadikan kawasan tersebut selalu ramai di jam-jam tertentu. Tertarik untuk melihat langsung kemegahan serta aura mistis yang terkuar dari bangunan ini?

(rsn-onvsoff)

Related News

Post Comment

Tidak ada komentar:

Leave a Reply