Indonesia Harus Bertanggung Jawab atas Kejahatan Kemanusian di Papua
ON VS OFF - Yogyakarta, suara dari hati -(AMP) aksi serentak pada Senin 21 Oktober 2013 yang dilakukan dibeberapa kota diantaranya Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Jakarta, dan kota-kota studi lainnya,Menuntut kepada Negara Republik Indonesia untuk segera mengusut tuntas kasus penembakan yang menimpa salah seorang Pelajar di kabupaten Deiyai Papua pada tanggal 23 September 2013 maupun kasus serupa lainnya di Papua.
Dalam pers release dan pantauan Suara dari hati dilapangan Puluhan mahasiswa dan mahaswi papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua depan asrama papua jalan kusuma-negara yogyakarta no 119 dalam aksi non longmars yang berlanjut dengan lagu-lagu politik dan orasi-orasi politik disebutkan bahwa kami lagi berduka atas kasus, kejahatan kemanusiaan yang terus menerus terjadi di Papua, sejak Papua dianeksasi Indonesia 1 Mei 1963. Melalui berbagai operasi militer, pembersihan wilayah, penangkapan, pemenjaraan bahkan pembunuhan dilakukan militer (TNI/Polri) demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
lanjutan oransi-orasi politik , sebelumnya di kabupaten Deiyai terjadi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan militer (TNI/Polri) pada 1 Juni 2013 terhadap Yemi Pakage (16 tahun) oleh oknum Brimob. Kemudian pada 26 Juni 2013 terjadi penganiayaan, penyiksaan terhadap Pontianus Madai (31 tahun) oleh 3 anggota Brimob berseragam lengkap serta 2 lainnya berpakaian preman.
"Kejadian kekerasan yang berujung penembakan terhadap salah satu pelajar SMA oleh Brimob yang terjadi tanggal 23 September di Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai. Kejadian itu, bermula ketika seorang pengojek yang membawa penumpang seorang nenek dihadang seorang oknum Brimob dan motor didorong, sehingga terjatuh. Masyarakat yang melihatnya tidak menerima perlakuan itu, sehingga melakukan aksi protes dalam bentuk tarian adat atau waita di sekitar pasar Waghete," dalam pers release itu.
"Melihat aksi masyarakat tersebut, aparat kepolisian dan brimob menilai masyarakat akan melakukan perlawanan, sehingga polisi dan brimob dikerahkan menuju pasar dengan posisi senjata menghadap masyarakat. Setelah tiba di depan kerumunan massa, polisi langsung mengeluarkan tembakan secara membabi buta".
Alpius Mote (18 tahun) seorang pelajar yang terkena timah panas di bawah tulang rusuk kanan yang berujung meninggal dunia. Ia ketika itu sedang pulang ke rumah. Korban lainnya adalah Fransiskus Dogopia (27 tahun) anggota Satpol PP, mengalami luka tembak di punggung belakang, Aleks Mote (29 tahun) petani mengalami luka tembak di kaki.
Selain itu, Aprida Dogopia (27 tahun), Alex Pekei (23 tahun), Frans Mote (28 tahun) dan Yan Pekei (39 tahun) mengalami luka ringan pada saat kejadian.
Melihat rentetan peristiwa yang terjadi di kabupaten Deiyai maupun di Papua pada umumnya, maka dengan tegas AMP menuntut dan mendesak rezim SBY-Boediono untuk segera:
1. Tarik Militer (TNI/Polri) Organik dan Non-Organik dari Seluruh Tanah Papua!,
2. Mencopot Kapolda Papua dan Kapolres Paniai,
3. Menarik Brimob dari Kabupaten Deiyai, Paniai dan seluruh Kabupaten di Papua,
4. Pecat dan hukum pelaku penembakan Pelajar di Distrik Tigi, Waghete, Kabupaten Deiyai, Papua
kalau sampai pemerintah indonesia tidak menanggapi semua tuntutan kami maka Amp akan mobolisasi besar-besaran dan turun jalan dalam aksi-aksi serentak, lanjutan yang lebih keras hingga ada ada tanggapan dari negara indonesia sepenuhnya dan "hak menentukan nasib sendiri solusi bagi rakyat papua.
Post Comment
Tidak ada komentar: