HUT RI 2014, 69 Tahun Perumusan Naskah Proklamasi

HUT RI 2014, 69 Tahun Perumusan Naskah Proklamasi

HUT RI 2014, 69 Tahun Perumusan Naskah Proklamasi

P17 Agustus 1945, 69 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia yang diperingati tepat pada hari ini, 17 Agustus 2014. Hari bersejarah itu dimulai dengan peristiwa Perumusan Naskah Proklamasi oleh Soekarno, Mohammad Hatta dan pemuda-pemudi pejuang kemerdekaan bangsa.

Hari itu, lewat tengah malam. Di rumah Laksamana Maeda, petinggi Angkatan Laut Jepang, berkumpul puluhan orang. Termasuk, Soekarno dan Mohammad Hatta. Rumah itu terletak di sebuah jalan yang kini bernama Jl Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat.

Sang empunya rumah telah menyingkir ke lantai atas untuk beristirahat. Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni Kartodiwirjo, dan Sayuti Melik menuju sebuah ruangan di lantai satu. Mereka hendak merancang naskah proklamasi.

"Aku persilakan Bung Hatta menyusun teks ringkas itu sebab bahasanya kuanggap yang terbaik. Sesudah itu kita persoalkan bersama-sama. Setelah kita memperoleh persetujuan, kita bawa ke muka sidang lengkap yang sudah hadir lengkap," kata Soekarno seperti dikutip Hatta dalam memoarnya.

"Apabila aku mesti memikirkan, lebih baik Bung menuliskan, aku mendiktekan," jawab Hatta.

Versi cerita berbeda datang dari Soebardjo. Soekarno bertanya ke Soebardjo, "Masih ingatkah Saudara teks dari Pembukaan Undang-undang Dasar kita?" Soebardjo adalah teman Hatta sejak masa sekolah di Belanda dan belakangan pernah menjadi menteri luar negeri RI.

"Ya, masih ingat tapi tidak seluruhnya," balas Soebardjo seperti diungkap kembali dalam buku Lahirnya Republik Indonesia. Ia pun kemudian mendiktekan ke Soekarno.

Akhirnya, disepakati kalimat pertama itu berbunyi: "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia."

Belum selesai. Hatta menganggap, kalimat itu kurang memadai. Harus juga disusupkan soal "cara menyelenggarakan" revolusi nasional. Maka, Hatta mendiktekan kalimat berikut: "Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya."

Didampingi Soekarni, Sayuti yang merupakan salah seorang tokoh pemuda, kemudian mengetik naskah tersebut dari tulisan tangan Soekarno.

Saat itu bulan Ramadan. "Sementara teks ditik, kami menggunakan kesempatan untuk mengambil makanan dan minuman dari ruang dapur...waktu hampir habis untuk ber-saur..." kenang Soebardjo.

Usai diketik, sekitar pukul 04.00, naskah itu dibawa ke para hadirin untuk dibacakan dan mendapatkan persetujuan. (lpt6/rsn-onvsoff)

Related News

Post Comment

Tidak ada komentar:

Leave a Reply