Pompeii, Peradaban Yang Terkubur Abu Vulkanik

Pompeii, Peradaban Yang Terkubur Abu Vulkanik

Pompeii, Peradaban Yang Terkubur Abu Vulkanik

Kota Pompeii merupakan peradaban romawi yang terkubur abu vulkanik, terletak di sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompeii saat ini. Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama “Sarnus”). Saat ini daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat dengan pantai.

Dahulu daerah ini merupakan daerah yang makmur dan maju dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Kota ini dihuni oleh 20.000 jiwa, 40% dari mereka adalah kalangan budak. Kala itu Pompeii begitu megah, disana terdapat tempat pesiar di musim panas yang dilengkapi villa-villa, kuil atau candi, gedung-gedung teater atau pertunjukan, pemandian dan arena laga (colisium/colesseum).

Meskipun kota Pompeii terletak di daerah pegunungan namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi murni Romawi kuno, permukaan jalan tersusun atas batu-batu poligon,sedangkan bangunan-bangunan rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan cardusnya.

Decumanus adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari utara ke selatan.Gunung Vesuvius merupakan gunung yang telah membisu sejak dua ribu tahun yang lalu itu juga dinamai “The Mountain of Warning” (Gunung Peringatan).

Pompeii
Pompeii Hilang Tertelan Abu Vulkanik

Pada suatu hari, terjadilah peristiwa yang mengubah kota ini selamanya. Dalam ledakan menghebohkan, Gunung Vesuvius meninggalkan jejaknya untuk orang-orang di masa datang. Kota yang ramai, kehidupan sehari-hari, lalu tiba-tiba langit gelap dan Gunung Vesuvius meletus, menumpahkan abu pertama ke kota Pompeii yang berada di sebelah timur gunung tersebut, kemudian diikuti oleh batu apung, sampai akhirnya batuan panas dan gas caustic mengalir dari kawah, membakar semua yang dilewatinya, sampai menutupi Pompeii dan begitu banyak orang terkubur.

Proses yang terjadi sejak awal munculnya tanda-tanda hingga gunung Vesuvius meletus sebenarnya sudah cukup lama dirasakan warga kota Pompeii. Tapi, seperti layaknya penduduk kaki gunung, warga kota Pompeii sudah terbiasa dengan getaran-getaran kecil. Tapi, pada 5 Februari 62 SM, terjadi gempa bumi maha dahsyat di sekitar Teluk Napoli yang belum diperbaiki hingga Gunung Vesuvius meletus.

Pada awal bulan Agustus 79 SM, mata air dan sumur-sumur warga mengering. Getaran ringan muncul pada 20 Agustus 79 SM dan kian menjadi-jadi dalam empat hari berikutnya. 24 Agustus 79 SM letusan gunung berapi mematikan terjadi.

Imbas dari letusan Gunung Vesuvius, debu yang dimuntahkan menutupi kota tersebut. Tak hanya Kota Pompeii, satu kota yang terletak di kaki gunung juga lenyap. Kota Pompeii dan Kota Herculaneum bahkan hilang selama 16 abad sebelum akhirnya ditemukan kembali.

Gunung Vesuvius belum meletus lagi sejak tahun 1944, tetapi masih salah satu gunung berapi yang paling berbahaya di dunia. Para ahli memperkirakan bahwa letusan lain bisa menjadi bencana yang hampir tak terduga, karena hampir 3 juta orang hidup dalam 20 mil dari kawah gunung berapi.

Pompeii Ditemukan Kembali di Abad ke-16

Hari ini Pompeii tersedia bagi pengunjung sebagai pengalaman, sebagian karena kerja dan penelitian arkeolog. Pengunjung dapat berjalan melihat bekas di jalan-jalan di mana dahulu tempat bepergian, melihat makanan ditampilkan yang ditemukan masih di dalam alat masak, di mana mereka membuat makanan saat terjadi erupsi, dan melihat banyak orang bahkan hewan peliharaan ditampilkan dalam posisi di mana mereka jatuh, ketika mereka tidak bisa lagi menghirup udara karena banyaknya abu.


Ditemukan secara kebetulan selama penggalian untuk kanal di abad ke-16, reruntuhan Pompeii tidak dikenali sebelumnya, sampai eksplorasi besar dilakukan di abad ke-18, sementara penggalian ilmiah dimulai hanya pada akhir abad ke-19, namun terus berlanjut sampai sebagian besar kota kuno itu ditemukan. Berdasarkan penelitian mengenali tembok kota tersebut - hanya sebagian yang digali - Pompeii meliputi area seluas sekitar 66 hektar.

Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, ini terlihat dari jasad - jasad mereka yang masih utuh membatu menunjukkan bahwa posisi jasad yang sedemikian alami tanpa menampakkan sebuah bahasa tubuh dan raut muka orang - orang yang sedang mengalami histeria masal, mendapatkan teror maut dan kebingungan.


Beberapa berbaring dalam posisi tenang seolah-olah tidur, yang lain berbaring meringkuk bersama-sama, sementara yang lain menunjukkan ketegangan dan rasa sakit terengah napas masa lalu mereka sebagaimana abu menutupi mereka. Pria dengan perisai mereka di dekatnya, wanita berusaha untuk melindungi anak-anak ditemukan meringkuk di samping mereka, dan hewan peliharaan masih ditambatkan ke tali. Sulit dibayangkan kesulitan mereka saat itu, karena mereka menemukan bahwa tidak ada jalan keluar dari hujan abu.

Kota Maksiat

Pemusnahan kota Pompeii ini seolah bukan tanpa maksud, catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut.

Hal ini terlihat dari penemuan tim arkeolog berupa lukisan dinding bahkan perabotan rumah tangga banyak ditemukan dalam penggalian memiliki tema seksual. Kehadiran citra tersebut dan item menunjukkan sesuatu yang tidak baik terhadap budaya Romawi kuno saat itu, menyebabkan banyak penemuan lain yang tersembunyi.

Menurut tradisi ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi, akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.

Selain itu, diantara mayat-mayat yang membatu tersebut banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih belia. (rsn-onvsoff)

Related News

Post Comment

Tidak ada komentar:

Leave a Reply