Akan Ada Kelas Pencegahan Bunuh Diri Di Inggris?

Akan Ada Kelas Pencegahan Bunuh Diri Di Inggris?

Akan Ada Kelas Pencegahan Bunuh Diri Di Inggris?

The Samaritans dan YoungMinds, mendesak Departemen Pendidikan untuk mendorong seluruh sekolah dan kampus di Inggris agar meningkatkan kondisi fisik dan mental siswanya. Dua lembaga kesehatan terkemuka Inggris tersebut mengungkap angka bunuh diri di kalangan generasi muda cukup tinggi. Mereka pun mendorong kampus-kampus untuk membuka kelas pencegahan bunuh diri untuk mahasiswanya.

Di tahun 2011 tercatat hampir 1.600 orang berusia 15-34 tahun di Inggris melakukan tindak bunuh diri. Itu artinya rata-rata terjadi empat kasus kematian akibat bunuh diri setiap harinya. Dan tiga di antaranya adalah pria.

"Para staf guru bebas menggunakan metode pembelajaran yang mereka rasa sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Kami percaya para guru tahu yang terbaik untuk muridnya," tandas Joe Ferns dari The Samaritans.

Salah satu guru yang berhasil mengaplikasikan hal ini adalah Steve Turner. Ia mengajar kelas kesehatan emosional untuk remaja berusia 13-14 tahun di Presdales School, Ware, Hertfordshire.

Sekolah ini sendiri memilih menggunakan program pembelajaran bertajuk Deal (Developing Emotional Awareness and Learning) yang diciptakan oleh para pakar dari The Samaritans.

"Saya sangat bersemangat untuk mengajari anak-anak ini agar memahami kesehatan emosionalnya. Meskipun hanya ada satu kelas yang benar-benar berminat, setidaknya mereka kini mampu berbicara tentang isu-isu di sekitar mereka," kata Steve seperti dikutip dari BBC, Jumat (25/4/2014).

Selepas kelas, salah seorang muridnya mengatakan kelas itu membuatnya makin aware dengan perasaan orang lain dan mengajarinya bagaimana semestinya memperlakukan orang lain.

Hal ini karena ada banyak hal yang menghambat remaja-remaja ini untuk mengutarakan perasaan atau pemikirannya. Seperti halnya yang diungkap seorang survivor bernama Chris Coombs.

Remaja berusia 25 tahun itu mengaku pernah mencoba bunuh diri saat usianya masih 18 tahun, atau tepat di masa awal masuk kuliah.

"Alasan kenapa saya tak pernah mencari bantuan adalah karena ada stigma yang menghantui orang-orang seperti saya. Ada paham seperti 'machoisme' dan ekspektasi orang lain bahwa kami bisa seperti yang mereka kira sehingga kami tak dapat mengutarakan perasaan yang sebenarnya," tuturnya.

Bahkan rekan Chris, Ed Birch (25) pun menyesal tidak melihat ada keanehan dalam diri Chris seperti mendadak jadi pendiam, tidak banyak bicara atau berinteraksi dengan orang lain.

"Bila saja saya mengenali gejala-gejala ini, saya mungkin bisa membantu mengatasi masalahnya, setidaknya mencegah sebelum ini menjadi besar," katanya.

"Padahal generasi muda harus paham hidup itu sulit sehingga mereka terkadang harus melalui hal-hal yang sulit. Jadi sebenarnya tak masalah mengungkapkan perasaan mereka atau curhat dan melampiaskan uneg-uneg. Karena makin banyak yang kita bicarakan, misalkan tentang bunuh diri, maka stigmanya juga akan makin berkurang," ungkap Alice Newton dari Papyrus, lembaga lain yang concern terhadap upaya pencegahan tindak bunuh diri pada generasi muda di Inggris. (dtk/rsn-onvsoff)

Related News

Post Comment

Tidak ada komentar:

Leave a Reply