Oposisi Suriah tuduh Bashar kembali gunakan senjata kimia
Sejumlah aktivis oposisi kembali menuduh pasukan Presiden Suriah Bashar al Assad menggunakan senjata gas beracun, Kamis, dengan menunjukkan bukti berupa video petugas medis sedang merawat pria yang tengah tidak sadarkan diri.
Tuduhan serangan di perkampungan Jobar, Damaskus, tersebut muncul beberapa pekan setelah pemerintah Suriah mengirim surat kepada PBB yang berisi klaim bahwa pemerintah mempunyai bukti akan adanya rencana serangan gas beracun oleh kelompok gerilyawan di wilayah yang sama.
Sejumlah aktivis oposisi yang menamakan diri "Jobar Revo" mengunggah video di situs YouTube yang menggambarkan seorang pria dengan tabung oksigen sedang dirawat oleh petugas medis. Video tersebut juga memberi keterangan waktu Kamis dan bahwa ada "serangan gas beracun di Jobar."
Sementara itu kelompok oposisi lain mengatakan mereka yang terdampak oleh gas beracun saat ini "masih berada dalam kondisi sehat."
Dalam surat yang diberi tanggal 25 Maret, Utusan Suriah untuk PBB Bashar Jafari mengatakan pemerintah telah menangkap komunikasi antara "teroris" yang menceritakan tindakan pria bernama Abu Nadir menyebarkan masker secara rahasia di wilayah Jobar yang dikuasai oleh gerilyawan.
Bashar Jafari mengatakan surat--yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan--tersebut "membenarkan adanya sekelompok teroris bersenjata yang berencana menggunakan gas beracun di Jobar dan sejumlah wilayah lain. Setelah melakukan itu, mereka akan menuduh pemerintah Suriah telah melakukan tindakan terorisme."
Sebelumnya pada Desember lalu, penyelidikan PBB menemukan gas sarin telah digunakan di Jobar pada Agustus dan sejumlah wilayah lain, termasuk di Ghouta di mana ratusan orang dilaporkan tewas.
Penelitian tersebut hanya sampai pada bukti adanya penggunaan gas beracun, bukan siapa pihak yang melakukannya. Pemerintah Suriah dan oposisi sejak saat itu terlibat saling tuduh.
Serangan di Ghouta adalah yang terparah dan menyebabkan reaksi keras masyarakat internasional. Amerika Serikat bahkan sempat berencana menyerang Suriah sebelum dibatalkan karena Bashar berjanji akan menghancurkan cadangan senjata kimia yang dimiliki, demikian seperti dilaporkan Reuters.
Sampai sejauh ini, pemerintah Bashar gagal memenuhi tenggat waktu 5 Februari untuk memindahkan ke luar negeri seluruh zat kimia yang dikabarkan mempunyai total berat 1.300 ton.
Perang saudara yang telah berjalan tiga tahun di Suriah telah menewaskan setidaknya 150.000 orang (sepertiganya penduduk sipil) dan membuat jutaan warga lainnya terpaksa mengungsi.(atr)
Post Comment
Tidak ada komentar: