Alasan Sebaiknya Wanita Pilih Caleg Perempuan Saat Pemilu 2014
"Ayo pilih caleg perempuan!" begitu kalimat yang diucapkan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar, dalam iklan layanan masyarakat tentang Pemilihan Umum (Pemilu).
Sejak 2013, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) memang gencar mengampanyekan keikutsertaan perempuan dalam pemilihan calon legislatif. KPP pun menghimbau pemilih untuk mempertimbangkan sosok perempuan agar duduk di kursi parlemen, mewakili suara perempuan hingga mengangkat isu kesetaraan gender.
Kenapa harus memilih caleg perempuan? Saat kunjungannya ke kantor Wolipop di Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta Selatan pada Rabu (18/03/2014), Linda yang tampak anggun mengenakan setelan kebaya modern warna ungu mengatakan saat ini masih banyak isu perempuan dan anak yang masih belum terselesaikan. Ia mencontohkan tentang kasus tingginya angka kematian ibu melahirkan di Indonesia dan faktor-faktor penyebabnya.
Sebagian besar kematian ibu melahirkan disebabkan karena pernikahan usia dini, terlalu banyak anak atau tidak tersedianya akses pengetahuan tentang kesehatan ibu hamil dan melahirkan. Belum lagi masalah perempuan lainnya seperti tidak memiliki hak untuk memutuskan sesuatu, diskriminasi di dunia kerja, dan sebagainya.
"Maka itu harus ada perempuan di legislatif. Tapi culture kita juga masih anggap politik itu maskulin. Padahal perempuan bisa redakan konflik, bisa bicara dengan lebih tenang. Komisi nuklir PBB ketuanya perempuan. Misi perdamaian ke daerah konflik banyak komandannya perempuan karena yang rentan (di daerah konflik) adalah anak dan perempuan sehingga bahasanya dapet," tutur wanita berusia 62 tahun ini.
Linda juga menambahkan kehadiran perempuan di legislatif mungkin bisa membuat 'wajah' politik yang dianggap maskulin dan keras jadi lebih lembut. "Kita harus coba sehingga politik ini tidak menjadi kesannya keras," ujarnya.
Dukungan KPP-PA terhadap caleg perempuan tidak terbatas pada saat pemilihan saja. Nantinya, kementerian di bawah komando Linda juga akan mengadakan pelatihan bagi caleg-caleg yang berhasil masuk dalam keanggotaan legislatif, meskipun diakui Linda hal tersebut sebenarnya merupakan tugas dari partai politik yang mengusung sang caleg.
"Kita beritahukan bagaimana tugas-tugas legislatif, bagaimana komunikasi dengan konstituen. Soal isu anak, kesetaraan gender, kita juga memberi tips bagaimana menggunakan dana yang benar sebagai anggota parlemen. Tapi kembali lagi para pemilihnya juga harus cerdas dalam menentukan calonnya," tutur wanita yang juga pernah duduk di kursi parlemen pada masa orde baru ini.
Menanggapi maraknya caleg perempuan yang dianggap kurang berkompeten, dan dipilih karena alasan popularitas dan berwajah cantik, Linda memang tidak menampik hal tersebut. Namun ditegaskan juga olehnya untuk tidak menyamaratakan bahwa semua caleg perempuan miskin potensi untuk menjadi wakil rakyat.
"Kita prihatin dengan keadaan itu tapi nggak semuanya seperti itu. Ada juga laki-laki yang tidak potensial, tapi kenapa giliran perempuan selalu yang diangkat? Kita harus positive thinking, karena ada juga yang luar biasa dan sungguh-sungguh, seperti Inggris Kansil misalnya," ujar wanita yang pernah menjabat sebagai Ketua umum Kongres Wanita Indonesia pada 2004 ini.
Dalam kesempatan yang sama, Linda juga menjelaskan bagaimana seorang caleg perempuan bersikap untuk menampilkan dirinya. Menurutnya, sikap perempuan saat tampil di ruang terbuka dan tertutup bisa berbeda. Di kala dia berbicara dengan orang banyak di ruang terbuka, seorang caleg perempuan haruslah bersikap orator, bicara dengan suara yang lantang dan jelas.
"Lebih bagus kalau langsung bilang, 'pilih saya', nyanyiin lagu atau ajak orang untuk naik (panggung), itu akan lebih cepat narik. Kalau di ruang tertutup substansi yang lebih diutamakan," tutupnya. (wlpp)
Post Comment
Tidak ada komentar: