Fenomena Letusan Merapi 1872 Terulang Kembali

Fenomena Letusan Merapi 1872 Terulang Kembali

Fenomena Letusan Merapi 1872 Terulang Kembali

Karakter aktivitas Gunung Merapi yang terjadi belakangan ini memiliki kemiripan dengan fenomena pasca letusan dahsyat yang terjadi di tahun 1872. Pernyataan ini dikeluarkan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Senin (5/5/2014).

"Fenomena ini mirip dengan tahun 1972 di mana banyak terjadi letusan-letusan kecil. Dulu usai meletus selama dua tahun banyak letusan kecil," kata ahli Geologi BPPTKG Dewi Sri Sayudi seusai sosialisasi karakter Merapi di Kecamatan Srumbung dan Kecamatan Dukun, siang tadi.

Menurutnya kegempaan Gunung Merapi belum terpola dengan baik sebagai dampak erupsi 2010. Kondisi ini menyulitkan BPPTKG dalam memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi. Perubahan parameter ini mendorong BPPTKG untuk menyosialisasikannya kepada warga lereng Gunung Merapi.

Sebelum sosialisasi di Magelang, BPPTKG lebih dulu menggelar sosialisasi kondisi Merapi terkini kepada warga Kabupaten Boyolali dan Klaten. Minggu depan kegiatan serupa juga akan digelar di wilayah Sleman, Yogyakarta.

Disebutkan tujuan sosialisasi ini adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kenaikan status dari Aktif Normal ke Waspada. Dijelaskan bahwa dalam status level II ini masyarakat di sekitar Merapi tetap bisa beraktifitas seperti biasa.

BPPTKG hanya melarang keras pendakian ke puncak Gunung Merapi. Pasalnya, embusan bisa terjadi setiap saat sehingga membahayakan pendaki. "Pendakian ke Merapi ditutup. Tidak boleh lagi ada yang naik karena seputaran puncak sangat berbahaya," kata Dewi Sri.

Sementara itu, pantauan di lapangan menunjukkan sepanjang Senin Gunung Merapi kembali mengeluarkan suara dentuman yang cukup keras. Suara dentuman tersebut terdengar sampai jarak 7-8 km dari puncak Merapi.

Mulai Senin dini hari pukul 00-11.00 WIB, tercatat delapan kali suara dentuman. Yakni pada pukul 01:46, 04:49, 04:55, 06:03, 09:17, 09:30, 09:40 dan 09:43 WIB. "Suara dentuman bisa terdengar jelas. Namun warga tetap beraktifitas ke sawah," kata Kades Dukun Tanto Bhumi. (s.mrdka/rsn-onvsoff)

Related News

Post Comment

Tidak ada komentar:

Leave a Reply