Setelah Crimea, Giliran Luhansk Ingin Gabung Rusia
Angin perubahan di Crimea terus berhembus di setiap sudut wilayah Ukraina. Sejumlah warga keturunan Rusia di Luhansk, sebelah timur perbatasan Rusia-Ukraina, mendukung referendum di Crimea yang memilih bergabung dengan Rusia.
Svitlana Kliuyeva (64 tahun), warga Luhanks, mengatakan bahwa Ukraina tidak memperlakukan mereka dengan baik, padahal etnis Rusia menjadi mayoritas. Secara ekonomi dan politik, kata Svitlana, orang-orang sepertinya tidak mendapat tempat baik.
"Saya menyukai Rusia. Itu begitu dekat buat kami. Saya masih merasakan Moskow adalah ibu kota kami," kata Svitlana, Senin (17/3), di tengah demonstrasi etnis Rusia di Luhansk.
Ia mendukung penuh bergabungnya Crimea ke Rusia dan berharap besar Luhansk bisa menyusul. Svitlana menegaskan, demo kali ini menuntut otonomi lebih luas kepada Luhansk.
"Setelah itu kami ingin mewujudkan mimpi lama untuk bergabung dengan Rusia sekali lagi," kata dia seperti dikutip KyivPost.
Demo diikuti sekitar 2.000 etnis Rusia di Luhansk, yang berpenduduk hampir 500 ribu orang. Sebelumnya, demo pro Ukraina digelar yang berakhir dengan keributan. Sekitar 2.000 orang ikut pada demo pro Kiev itu.
Dari total populasi, 47 persen adalah warga beretnik Rusia. Lainnya, gabungan antara Ukraina dan etnis-etnis minoritas termasuk Muslim. Bahasa Rusia begitu dominan di sana dibandingkan bahasa Ukraina.
Warga Luhanks ingin membuat referendum tak resmi untuk penggunaan bahasa Rusia. Namun, pengadilan lokal melarang referendum itu. Akhirnya, para warga ini pun berdemonstrasi.
Sejak Crimea bergolak, warga di kota ini terpecah menjadi dua bagian: pendukung Moskow dan pro Kiev. Jumlah kelompok pro kontra ini pun terbilang seimbang. Kebanyakan warga Luhanks malah memilih berdiam diri dan sibuk dengan aktivitas sehari-hari.(rol)
Post Comment
Tidak ada komentar: