Siti Julaiha ‘ kau tak seperti yang kemarin ‘
( yohanes m wain )
# Begitulah perjalan ini, ucap ku membelai wajah halusnya lembut.
Kembang itu ku petik saat kemarin di atas bukit.
Masih hijau dan lugu. Di sekujur tubuhnya harum kesegaran dunia ku dapatkan
Satu tetes embun masih melingkar di pangkal tangkai, ku tahan biar tak bias hilang dan raib seperti kemarin
Malam ini tak seterik siang, kehangatan membungkus rapat dalam rajutan nada baru tercipta. Getaran yang sama ku rasakan dulu, hidup kembali.
Sayang pelukan semakin erat di lingkaran syadu malam yang membuai
Ku akui cinta mu besar disana, ku imbangi ini dengan hati merintih menangis tertahan, semoga kelak selalu bersama.
Ku lihat dari barisan gundukan ranum, nafas mu tertahan, mata membelalak menatap ku tak percaya dan memeluk ku erat, bisik mu “ jangan tinggalkan aku “
Sayang percayalah pada hati mu saja, cinta ini takan terganti, biarkan nafas kita menyatu, biarkan jiwa kita saling mengikat. Janji ini bukan hanya sekedar manis di bibir ku saja, kau pun semakin mengila, di antara erangan panjang bergema di sudut malam. Dan kita terkulai
# Siti Julaiha nama mu menggairahkan hidup. Aku terbangun dari dingin yang menusuk ku. Kemana diri mu? Mata mencari hingga senyum merekah di bibir.
Ku lihat di meja secangkir kopi hitam menyambut pagi ku.
“ Sayang aku tinggalakn diri mu sebentar saja, aku akan kembali secepatnya “
Pesan singkat mu itu ku kecup lembut dalam hati. Menjaga ini agar tak hilang di telan waktu.
Lamunan ku kusandarkan jauh mencari jiwa mu, ku temukan dan rebahkan. Kau berbeda dari yang lalu, kau tak acuhkan diri ini saat mata tertutup rapat. Kau jaga rasa ini saat hati jauh tak menggenggam erat. Kau tinggikan diri ku saat yang lain menganggap ku rendah. Sayang kau berbeda dengan yang lalu.
# Baru sebentar kau menghilang dari pandangan, namun rindu memanggil mu pulang. Ku kecup ranum bibir mu merekah saat kau hadir kembali dalam hidup. Siti Julaiha nama mu kini ku bisikan di setiap hembusan nafas ku.
Alangkah indah dunia ini, ada saatnya berkabut, ada saatnya mendung, ada saatnya badai dan semunya pasti berlalu.
Ku biarkan saja diri mu memeluk ku erat janji terucap disana, dan aku…aku sejujurnya tak mengharapkan janji. Karena ku tahu tak ada culas di mata mu. Aku mempercayai mu, aku mempercayai mu hingga bilur luka lama menghilang. Aku mempercayai dari saat pertama mata ini memandang mu. Kau yang ku mau..kau akan menjadikan aku Raja mu, dan aku akan menjadikan mu Ratu.
Tak seperti kemarin, hanya nafsu melingkar di hasratnya..hanya janji dan erang binal kosong yang ku dapatkan..hampa dan membeku.

Post Comment
Tidak ada komentar: