Rera Wulan Tanah Ekan

Rera Wulan Tanah Ekan
( yohanes m wain )

Tanah leluhur, tanah bersimbah darah, merah berapi menyala. Tanah leluhur, tanah linangan air mata, jatuh mengguyur perih, basah bau tanah menyengat seperti bangkai.

Kapan, dimana kaki melangkah, pergi menjauh namun hati ku letakan di sana, Kota Reinha ku habiskan waktu kecil ku riang berteman debur ombak liar dan batu karang.

Kembali bersimpuh dalam doa, Rera Wulan Tanah Ekan, diatas langit ku tinggikan Dikau, di dasar bumi ku memuliakan Dikau. Beri aku nafas baru.

Rera Wulan Tanah Ekan jika malam tak lagi kelam, Jika mentari tak lagi menyengat. Alam ini lain, tak seperti kemarin. Apa ini ? Seperti apa hukuman dunia, langit ku junjung namun kaki berdarah darah. Kau buang segala  hasrat manusia dulu, ego ku tinggalkan semata bunga ku petik di tanah orang. Dimana letak kuasa Mu, aku menghentakkan kaki bukan menantang, namun terlalu sakit kau tinggalkan jauh. 
Kenapa Kau tinggikan hina, kenapa kau tinggikan yang culas,mulut mereka manis namun itu hanya di bibir saja.? apakah aku juga harus melakukan yang sama.? apa aku harus membeli Mu.? ahhhhh mereka tak sama seperti diri ku, mereka tak sepadan dengan ku, aku tak seburuk itu, ya sudalah takan ku nilai hidup dengan uang, takan ku gadaikan diri demi harta.

Kembali hanyut dalam lingkaran sepi yang kian menggerogoti hati. Musim ini tak seindah kemarin. Musim ini terlalu pekat, terlalu hitam. 

Mencoba menghapus kabut, dan aku lihat jalan itu ada depan mata, menyambut ku. Apakah itu jawaban atas doa ku,- Rera Wulan Tanah Ekan di dasar hati ku berlutut menyembah Dikau.

Related News

1 komentar:

  1. keren nich cerpen.. gw juga biasa nulis cerpen tp belum gw publikasikan.. siap nampung cerpen dan puisi2 gw ga bro ? :)

    BalasHapus