MERDEKA - MAHARDIKA & MERDESA BANGSAKU TERCINTA
HAL : PENTINGNYA "JATI DIRI BANGSA" DAN HANYA GUS DUR YANG MENGIKUTI AJARAN BUNG KARNO SERTA MENYIKAPI WARISAN ADILUHUNG TENTANG KERIS.
Bung Karno tidak mau munafik salah satunya diucapkan pada saat perdebatan dengan Soekarni CS saat di Rangasdengklok pada 16 Agustus 1945 atau 7 Ramadhan 1364 H yang menyatakan bahwa : “Saya salah seorang yang percaya pada mistik (maaf tidak sama dengan klenik,red)…..”.
Bahkan dalam wasiatnya setelah menyitir semboyan dan leadership PM. Gajah Mada, Bung Karno mewasiatkan Itulah nilai – nilai luhur bangsa maka janganlah kita terpengaruh oleh kebudayaan asing yang berbau Eropa, Arab, Amerika, Jepang, India dan Israel, kendatipun agamanya/ajarannya kita anut akan tetapi tetaplah kita harus melestarikan kebudayaan nenek moyang karena kebudayaan adalah mencerminkan kepribadian suatu bangsa. Kita adalah bangsa yang besar , akan tetapi untuk memelihara nilai suatu kebesaran tidak tumbuh seperti jamur. Karena nilai yang besar haruslah senantiasa kita gali, kita perjuangakan sampai menjadi akar dan watak yang hidup dalam diri kita. (1 Maret 1955).
Inilah yang telah menjadi suatu kenyataan “Dan ini sudah seperti asiomatik : tiada pemimpin yang mampu menjadi negarawan sebelum ia menjadi budayawan (man of culture). Dan sukseslah kita bersama untuk gagal menjadi bangsa budaya, menjadi Negara (yang ber)budaya” (Gatra, 3 Juni 2009, hal 106).
Ajip Rosidi pun berujar : “Negara ini tengah dipimpin oleh politikus angkuh tanpa rasa sastra sehingga lupa akan hal – hal yang sederhana”. Tak ketingalan Cok Sawitri menyatakan bahwa “Bangsa yang melupakan susastra berarti sedang membangun keruntuhan”. Dan Bung Karno juga menyatakan abhwa : “Negeri yang diperintah oleh komprador – komprador imperialis tidak mungkin negeri yang merdeka”! (DBR Jilid II, hal. 584).
Dan hanya Gus Durlah sekalipun disamping sebagi mantan Presiden dia pernah sebagai Ketua Umum Pengurus Besar N. U, yang tak alergi terhadap etnic yang selama ini terpinggirkan bahkan budaya etnic Tionghoa dihidupkannya kembali termasuk hari raya Imlex, bukan karena beliau masih berbau darah Tionghoa (sebagaimana pengakuannya) yakni keturunan Sunan Ampel (Tan Kiem Han), sehingga di bawah kendali mendiang Gus Dur SA-UDARA Etnis Tionghoa merasa aman yang kini sewafatnya Gus Dur kedamaian, kenyamanan itu makin terkoyak.
Secara mitologis dirinya sejak RNg. Ronggo Warsito sudah dinubuatkan sebagai "Satrio Lelana Tapa Ngrame Wuto Ngideri Jagad".
Mengapa Gus Dur secara revolutif mampu mengikuti ajaran Bung Karno? karena dia adalah sosok humanis yang telah pari purna memahami kebangsaan sehingga juga menyandang stigma Bapak Bangsa! Walau ada kekurang bijaksanaan yang akibatnya sangat fatal, yakni kalau tidak salah adanya persetujuan Gus Dur atas legalisasi "Syareat Islam, sehingga NAD memiliki "QANUN"nya yang segera diikuti oleh berbagai Propinsi dan Kabupaten/kota.
Di bawah ini kami dapatkan foto image atas diri Gus Dur yang merefleksikan sikab Gus Dur dan semoga benar adanya tidak sekedar rekayasa para ahli I.T. Yang karena kegpekan kami belum bisa tersajikan bersamaan di halam ini
Sementara isinya sbb. :
ISLAM DATANG BUKAN UNTUK MENGUBAH BUDAYA LELUHUR KITA JDI +BUDAYA ARAB". BUKAN UNTUK 'AKU" JADI "ANA", SAMPEYAN JADI "ANTUM", SEDULUR MENJADI "AKHI"! KITA PERHATIKAN MILIK KITA. KITA HARUS SERAP AJARANNYA BUKAN BUDAYA ARABNYA"
Bisa jadi Gus Dur disampin sebagai ulama besar juga sebagai budayawan yang bisa jadi merasakan bahwa nyaris 100% budaya kita sudah Arabic sentris, seperti orok dalam kandungan biasanya ada acara tingkeban ritual 7 bulan kehamilan kini bergeser menjadi 4 bulanan, saat orok ceprot harus "diadzani pada telinganya", seminggu kemudian ritual kekhahan dengan "MARHABAN"an menggantikan adat dahulu adanya acara lek2an dengan "KIDUNGAN" (bukan gaplean), kemudian saat usia 3 tahun sudah PAUD yang sudah diajarkan doa2 dan saat TK makin inten dan SD, SMP saat liburan harus mengikuti "PESANTREN KILAT" (yang orang tuwa tidak lagi bisa memonitornya kwalitas dan materi yang ditanamkan oleh mulik) dan saat SMA nyaris sama dimana PESANTREN KILAT bisa jadi sebagai penanaman idiologi Islam Transnasional atau garis keras hingga mahasiswa. Begitu menginjak acara pernikahan sekalipun resepsi di Gedung sebagian tak mau lagi menggunakan adat istiadat langsung di Pelaminan bahkan tak jarang disuguhi tarian memutar tubuh dengan irama PADANG PASIR! Dan seterusnya. Maka amat wajar UU Sisdiknas mensyaratkan agar tempat sekolah anak didik apapun Lembaga Agama non Islam sebagai penyelenggaranya harus menfasilitasi tempat ibadah bagi murid Islam.
Nah apakah cara berfikr para Negarawan saat ini lebih maju atau jongkok bila dibandingkan rezim Orde Lama dimana sesuai UUNo. 4 tahun 1950, dimana sifat pilihan belajar agama bukanlah wajib!
Nah dengan strategi yang jitu maka tidak saja peninggalan Leluhur & filosofinya seperti Keris, Tombak dsbnya. sebagai karya seni yang maha tinggi yang sudah mampu memadukan bahan meteor dll dalam sebilah keris sekalipun proses pembuatannya sang MPU selalu memohon & berdoa bahkan tak jarang disertai PUASA sehingga atas Ridho TUHAN diberilah Yoni atau isoteris yang berkemaslahataan bagi masyarakat apakah untuk bidang pertanian, untuk menolak serangan angin puting beliung, atau api atau banjir. Karena di Arab tidak dikenal selain PEDANG maka cap 'MUSRIK" segera ditebar, sehingga mahaa karya sang MPU jadilah besi tua yang dijadikan barang loaan, sedangkan karya nilai seninya lengkap dan tidak setiap bangsa yang maju sekalipun seperti JEPANG - ISRAIL mampu membikin keris.
Sedangkan dalam perawatan dan penghormatan gara2 dengan membakar dupa & bunga2an langsung dicapnya 'HARAM", tanpa mau tahu etika dan esensinya. Sedangkan setelah kami kaji bahwa sama sekali tidak menyembah dan mengkultuskan keris semata2 menghormati sang empu dan menghargai sesama mahkluk - NYA. Maka perlu dipahami bahwa keris dan semacamnya yang beryoni itu mencari PANGERAN yang sejiwa dengan isoteri yang ada. Maka yang jodoh merawat dapat julukan sebagai "PANGERAN' sebagai tempat "NGENGERANNYA AGAR KWALITAS ROHANINYA BISA IKUT NAIK & TERANGKAT KARNANYA".
Apa lagi Nabi Muhammad SAW sendiri menyukai bahu - bahuan yang harum (di Negeri kita ini dikarunai banyak tumbuh2an yang menghasilkan bau harum, seperti Gaharu, Kanthil, Kenanga, mawar, sedap malam , MELATI, dan lain sebagainya, dan Nabi juga menyekui wanita yang sholehah serta keindahan.
Nah bunga2 itu adalah disamping keharumannya juga sarat dengan simbul/lambang seperti bunga KANTHIL (KANTHI LAKU), KENANGA (SEMOGA TERCAPAI/KENENG), MAWAR (MAWI ARTI) SEHINGGA ADA YANG MEMAKAI MAWAR MERAH & PUTIH YANG ARTINYA SANGKAN PARANING DUMADI MANUSIA SEDUNIA ITU TAK LAIN DARI DARAH MERAH (SANG IBU) & DARAH PUTIH (SANG BAPA) SEKALIPUN BERBEDA WARNA KULINYA (PUTIH/HITAM/KUNING/SAWO MATANG TOH SEMUA SAMA). MLATI (HATI2 ATAS MELAT(ING) LATHI (MULUD). Jadi pangucap harus santun dan tidak kasar.
Nah baik yang mana antara yang memiliki rasa welas asih dan yang tan kasat matapun dihargainya dengan yang mengharamkannya? Sedangkan dalam QS : Ath - Thariq (86) ayat 4 "TTIDAK SATU JUAPUN MELAINKAN ADA PENJAGANYA".
Dan bukankah sudah dijanjikan-NYA dalam QS : Al - Hadid (57) ayat 25 : ".........Dan KAMI ciptakan besi yang dari padanya terdapat KEKUATAN YANG HEBAT & BERBAGAI MANFAAT BAGI MANUSIA,........". Nah bukankah para MPU menjadi kepanjangan tangan-NYA guna memberdayakan BESI itu?.
Lagi pula kalau KERIS itu HARAM DAN ATAU MUSRIK hukumnya, tentu para wali yang ketauhidan, keimanan, ketaqwakan dan amal sholehnya telah teruji dibandingkan kita yang meyakini sautu firman yang sering tidak sesuai dengan apa yang TUHAN karsakan, tidak mungkin beliau akan menggunakannya.
Maka bagaaimana agar kita mengembalikan JATI DIRI BANGSA dimana KERIS sudah juga diakui sebagai "WORLD HERITAGE' (warisan Budaya Dunia) yang hanya ada di Nusantara ini maka waajib hukumnya menjaga agar jangan sampai punah.
Maka seiring surat kami tentang "UPAYA MENJADIKAN CANDI PRAMBANAN & BARABUDHUR' DIJADIKAN PUSAT RITUAL DUNIA yang kami alamatkan ke Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ngarso dalem Sri Sultan Hamengku Buwono, Gubernur DIj & Jawa Tengah serta ke berbagai Mentri terkait dan cc nya ke Walubi - Parisada Hindu Dharma - MUI & HPK agar dimusyawarkan bersama dan diputuskan serta dirumuskan agar JATI DIRI BANGSA & KESEJAHTERAAN RAKYAT SERTA MERCUSUAR DUNIA SEGERA BISA TERCIPTA.
Para Peziarah disarankan agar mengikuti ziarah wisata ke candhi2 dan ke pusara BUNG KARNO dengan menggunakan pakaian tradisi Jawa/Nusantara dan diakhiri ke Kraton Yogyakarta untuk dimangayubagya serta diberikan Kekancingan Nama Nusantara serta buku panduan serta KERIS. Dengan demikian bangsa kita akan menciptakan para MPU MUDA dan para pengrajin baru.
Demikianlah semoga kerisauan masyarakat adat/tradisi NUSANTARA tidak lagi kebingungan menyikapi adanya Penjajahan Budaya Bangsa.
Jaya - Jaya - Jaya Wijanti.
Sembah nuwun dan mohon dimaafkan bila banyak kesalahan kami serta berkenanlah mengoreksi dan menambahkannya demi kemaslahatan umat. Apa lagi NPKRI ini bukanlah Negara Agama melainkan NEGARA PANCASILA yang bukan merupakan NEGARA SEKULER KARENA NEGARA KITA BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA!
YAYASAN LEMBAGA BUDAYA NUSANTARA CS
Post Comment
Tidak ada komentar: