Asal Mula Festival Perahu Naga dan Makan Bacang
Pada hari ini seluruh warga China termasuk warga keturunan Tionghoa di Indonesia memperingati Festival Perahu Naga dengan membuat Bacang. Festival Perahu Naga jatuh pada tanggal 5 bulan ke 5 berdasarkan perhitungan kalender lunar (Imlek) tepat pada hari ini, 2 Juni 2014.
Asal usul festival Duan Wu Jie itu sendiri ada beberapa versi, ada sumber yang menyatakan Festival Duan Wu Jie berasal dari pemujuan terhadap Dewa Naga, ada yang mengatakan berasal dari peringatan kisah kesetiaan Wu Zi Xu, ada pula sumber yang mengatakan festival Duan Wu Jie untuk mengenang kisah anak berbakti bernama Cao E, namun diantaranya yang paling terkenal adalah tentang kisah ke-patriotisme seorang menteri bernama Qu Yuan.
Mengenang Hari Kematian Qu Yuan
Qu Yuan (339 SM - 277 SM) adalah seorang menteri negara Chu (楚) di zaman Zhan Guo tahun 403 – 221 SM. Ia adalah seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya, banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu.
Saat itu Raja Chu Huai menolak prakarsa Qu Yuan untuk berkoalisi dengan Negara Qi dan berperang melawan Qin, karena diperdayai oleh Zhang Yi dari Negara Qin, ia dipaksa merelakan wilayah berikut kota-kotanya. Raja Chu Huai selain merasa dipermalukan juga terhina, menjadi risau hatinya dan tak lama terserang penyakit dan mangkat.
Qu Yuan yang setia lagi-lagi mengusulkan secara tertulis kepada sang pengganti, Raja Qing Xiang, dengan harapan beliau bisa menjauhi para pejabat pengkhianat, akan tetapi Raja Qing Xiang selain tidak bisa menampung aspirasi tulus Qu Yuan, malah membuangnya. Negara Qin melihat peluang sudah matang dan dengan segara mengirimkan bala tentara, dalam waktu singkat maka Negara Qu telah kehilangan sebagian besar teritorialnya, rakyatnya dibantai.
Qu Yuan yang masih setia, menyaksikan semuanya ini, hatinya bagaikan teriris, dalam kesedihan yang amat sangat maka pada tahun 278 SM, kalender Imlek tanggal 5 bulan 5, dia bunuh diri dengan menceburkan dirinya ke Sungai Mi Luo.
Sebelum bunuh diri dengan melompat ke Sungai Mi Luo, Qu Yuan sempat menulis puisi Lament of Ying – berisi ungkapan rasa cemas dan khawatir Qu Yuan menghadapi peperangan ditanah airnya yang sudah ada didepan mata. Puisinya mengekspresikan perhatian dan kekhawatiran yang mendalam akan masa depan tanah airnya, rasa kasihan terhadap masyarakat dan rasa geramnya terhadap para pemimpin negeri yang hanya memikirkan diri sendiri dan membiarkan tragedi tersebut terjadi.
Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai bakcang sekarang. Para nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.
Tradisi di Hari Festival Perahu Naga
Lomba Perahu Naga
Tradisi perlombaan perahu naga ini telah ada sejak zaman perang. Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Cina Daratan, Hong Kong, Taiwan maupun di Amerika Serikat. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta-peserta dari manca negara, kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut..
Makan Bacang
Tradisi makan bacang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin. Sebelumnya, walaupun bakcang telah populer di Cina, namun belum menjadi makanan simbolik festival ini. Bentuk bacang sebenarnya juga bermacam-macam dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bacang tadi.
Di Taiwan, di zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bacang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi bacang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya dan gula manis (Kwecang).
Menggantungkan Rumput Ai dan Changpu
Festival Perahu Naga yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah-rumah biasanya melakukan pembersihan, lalu menggantungkan rumput Ai dan changpu di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya penyakit. Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.
Mandi Tengah Hari
Tradisi ini cuma ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu, Hakka), Guangdong (Teochiu, Kengchiu, Hakka) dan Taiwan. Mereka mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival ini, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak. (rsn-onvsoff)
Post Comment
Tidak ada komentar: