Sikap Resmi Singapura: Melarang KRI Usman-Harun Berlabuh di Wilayahnya


Sikap Resmi Singapura: Melarang KRI Usman-Harun Berlabuh di Wilayahnya

Singapura akhirnya mengeluarkan sikap resmi tak akan mengizinkan kapal perang Indonesia, KRI Usman-Harun Berlabuh di Wilayahnya.

Singapura juga tak akan membolehkan angkatan bersenjatanya mengadakan latihan militer dengan KRI tersebut.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Pertahanan Ng Eng Hen di parlemen, Selasa (18/2/2014), merespon pertanyaan terkait sikap pemerintah terhadap penamaan kapal Usman Harun.

Pemboman Gedung MacDonald House terjadi di puncak Konfrontasi Indonesia-Malaysia antara 1963-1965. Yang menjadi bab kelam dalam sejarah Singapura.

Kala itu, Indonesia melancarkan konfrontasi menentang pembentukan Malaysia, di mana Singapura menjadi bagian dari federasi negeri bekas jajahan Inggris itu. Pemboman MacDonald House terjadi pada 1965 -- 3 orang tewas dan 33 orang lainnya terluka.

Dua anggota KKO (kini Marinir) Indonesia, Usman dan Harun dinyatakan bersalah dan dieksekusi gantung pada 1968 meski pemerintahan Presiden Soeharto mengajukan pengampunan.

Hubungan Indonesia-Singapura tegang sampai Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew berkunjung ke Indonesia pada 1973 dan menyebar bunga di makam dua prajurit tersebut.

Kedua negara telah menganggap masalah itu selesai. Jadi, menurut Ng Eng Hen, sangat mengejutkan saat Indonesia memutuskan untuk menamai salah satu kapal perangnya dengan nama dua marinir, hampir 50 tahun setelah insiden pemboman.

Menhan Singapura mengatakan, selama Usman Harun berlayar di laut lepas, itu akan membawa kenangan buruk bagi keluarga korban.

"Singapura tak akan mengizinkan kapal perang 'Usman Harun' untuk berlabuh di pelabuhan atau pangkalan AL. Tidak akan mungkin untuk SAF (Angkatan Bersenjata Singapura), sebagai pelindung bangsa ini untuk berlayar bersama atau berlatih dengan kapal ini," kata Menhan.

Nasib Hubungan Militer?

Ng Eng Hen menambahkan, hubungan militer dua negara telah tumbuh sejak 1974. Ia mencontohkan bagaimana pihak Indonesia membantu operasi SAR saat pesawat Silk Air Penerbangan MI185 celaka di Palembang pada 1997.

Sebaliknya, tentara Singapura adalah yang pertama membantu saat Indonesia mengalami bencana Tsunami Aceh 2004 lalu.

Pihak Singapura mengatakan akan melakukan upaya untuk memperbaiki hubungan dua negra. "Namun, itu tergantung pada apa yang dilakukan kedua belah pihak." (*lip6)

Related News

Post Comment

Tidak ada komentar:

Leave a Reply