Ikat Tenun Sikka Laku di Pasaran Dunia
ONVSOFF.com - Aktivis seni budaya dan pendiri Sanggar Lepo Lorun, Alfonsa Horeng, mengatakan, saat ini kain ikat tenun asal Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, sudah mendunia. Hal ini karena ikat tenun asal Sikka tergolong langkah dan unik dari tampilan dan cara pembuatannya.
“Semua negara yang saya singgahi untuk mempromosikan ikat tenun asal Sikka, menaruh perhatian yang besar kepada produksi kain sarung kita yang terbuat dari ramuan-ramuan tradisional alami. Mereka mengakui bahwa kain tenun kita berkualitas tinggi, langkah dan unik dalam motifnya,” terang Alfonsa, kepada suaraflores.com, Rabu (22/1) pagi melalui ponselnya.
Alfonsa yang sudah melintasi puluhan negara di dunia, baik negara-negara asia, eropa timur dan eropa barat ini, mengaku, banyak para pejabat maupun masyarakat negara yang dikunjunginya merasa sangat tertarik dengan produksi budaya Indonesia dari Flores. Selain membeli, mereka juga berencana untuk datang melihat langsung cara pembuatan ikat tenun Maumere di Sanggar Lepo Lorun Nita.
“Kami suka kain tenunan budaya anda. Di negara kami tidak ada seperti ini. Kami akan ke sana untuk mengetahui langsung seperti apa proses pembuatannya. Anda adalah perempuan Indonesia yang hebat, mau keliling dunia perkenalkan budaya anda,”ungkapnya mengutip pernyataan seorang warga Amerika ketika ia berada di sana.
Kedepan, Alfonsa berharap, Pemerintah Indonesia, Pemerintah Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Sikka, terus mendorong potensi-potensi budaya lokal, secara khusus tradisi-tradisi budaya yang sudah mulai tergerus globalisasi. Pemerintah juga harus mampu memberikan dukungan sarana dan pra sarana, ruang dan waktu yang lebih besar kepada kaum muda, khusunya kaum perempuan untuk menumbuh kembangkan peninggalan leluhur yang bernilai historis dan ekologis.
“Produksi budaya kita meski kurang mendapat tempat di daerah kita, tapi sangat laku dan sangat dihargai di luar negeri. Orang barat sangat tergila-gila dan mencintai budaya kita.
Untuk itu, saya berharap kaum muda (perempuan) Indonesia dari Flores, NTT, tidak merasa malu untuk terus memperlajari dan memajukan tradisi-tradisi asli budaya kita,” ungkap perempuan baja dari kampung Nita ini.(suaraflores)
Post Comment
Tidak ada komentar: