"Suara" Duka Cita dari Ponsel Mita Diran
ON VS OFF - Dunia maya dan bidang periklanan dikejutkan kabar meninggalnya Mita Diran, Minggu (15/12). Copywriter berusia 27 tahun itu meninggal usai bekerja 30 jam tanpa henti. Kabar itu menggugah ungkapan duka dari berbagai pihak.
Pada VIVAlife, Maya Syahrial ibunda Mita menuturkan ungkapan belasungkawa dikirimkan melalui akun Twitter milik Mita, @mitdoq. Hingga kemarin malam, ponsel Mita tak berhenti berbunyi. Pesan-pesan masuk, tak hanya dari kawan atau kerabat yang dikenalnya.
“Kira-kira ada sekitar dua ribuan ucapan yang masuk ke Twitter. Saya sekarang yang pegang handphone Mita,” kata Maya saat ditemui di rumah duka, kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Pesan-pesan teks yang masuk tak hanya menyampaikan duka cita. Mereka juga mengungkapkan kenangan akan sosok Mita semasa hidup. Menurut mereka, gadis kelahiran 16 April 1986 itu selalu berbuat baik. Mereka bahkan menjulukinya: Si Baik Mita.
“Mita nggak punya salah sama kami, Tante. Orangnya baik,” begitu kata mereka.
Maya bercerita, sejak kecil putrinya gemar menulis. Pemilik nama asli Prandya Pramita itu pernah bekerja di majalah Junk Malaysia sebagai jurnalis musik. Mita juga sering membuat cerita pendek untuk dikirimkan ke majalah.
Kecintaannya terhadap dunia tulis-menulis dilanjutkan ke profesi copywriter. Sebelum bergelut di perusahaan Y&R Indonesia, Mita menghabiskan waktu setahun sebagai copywriter di Malaysia. Lantaran lama tinggal di luar negeri, Mita fasih berbahasa Inggris.
Menurut Maya, ia lebih mahir menulis dengan bahasa Inggris. “Tapi dia cepat beradaptasi, dia belajar menulis bahasa Indonesia,” lanjut Maya.
Selain itu, Mita juga dikenal sebagai sosok yang periang, ceria dan sangat disiplin. Di mata keluarganya, Mita adalah wanita cerdas yang tegas, namun tetap bertutur kata halus dalam setiap ucapannya. Ia pun sangat mengayomi adik dan sepupu-sepupunya.
Di samping itu, ia memang pekerja keras. Mita sering tak pulang karena harus lembur. Parahnya, ia selalu mengonsumsi suplemen energi. Meski sering mengeluh pusing, ia tak mau diajak periksa ke dokter. Mita justru rajin mengonsumsi obat sakit kepala berdosis tinggi.
Sabtu (14/12) malam Mita kolaps setelah kerja berjam-jam. Ia sempat dilarikan ke RSPP, namun nyawanya tak tertolong. Ia mengembuskan napas terakhir Minggu dini hari. Menurut hasil CT Scan, pembuluh darah di otaknya telah pecah. Kadar gula tubuhnya pun tinggi.(viva)
Post Comment
Tidak ada komentar: