Menag - Media sering memojokkan Islam
ON VS OFF - Menteri Agama Suryadharma Ali menilai media sering memojokkan Islam sebagai agama yang keras, dan media mendiskriditkan Islam tidak henti-hentinya. Selain itu umat Muslim sering jadi korban opini yang salah karena tidak menguasai media.
“Saat ini Islam sering dipojokkan sebagai agama yang keras, dan media mendiskriditkan Islam tidak henti-hentinya. Padahal Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, agama yang mensejahterakan. Karena itu, media harus seimbang antara data dan fakta,” kata Menag.
“Umat Muslim sering jadi korban opini yang salah, karena tidak menguasai media,” kata Menag di International Islamic Conference on Media di Jakarta pada Selasa (3/12), seperti dilansir satuharapan.com.
Menurut Menag, media berperan mengubah opini masyarakat terhadap nilai agama. Pengaruh media bisa menentukan arah masyarakat. Media mempunyai tanggung jawab sosial dalam mencitrakan Islam. Media perlu menyebarkan nilai-nilai keadilan, kedamaian, dan kerjasama kemanusiaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perbaikan nasib sebagian umat Islam.
“Karena apa yang dikatakan media dianggap benar dan bisa dipercaya. Karena itu media punya tanggung jawab,” kata dia.
Namun demikian lanjut Menag, masyarakat juga harus memiliki kecerdasan, untuk bersikap kritis terhadap informasi.
“Sesuai anjuran agama sebagai tertuang dalam kitab suci, kita harus tabayyun atau menyaring terhadap berita yang tidak jelas,” kata Menag.
Menag berharap terbuka peluang bagi kalangan media untuk membangun silaturahmi dan jejaring komunikasi, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk melakukan berbagai kerjasama yang bermanfaat bagi penguatan ukhuwah Islamiyah dan kerjasama global.
“Mari kita manfaatkan pertemuan ini untuk berdiskusi tentang peran media Islam dalam perkembangan akhir ini,” himbau Menag pada pertemuan yang diikuti peserta dari puluhan negara antara lain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Maroko, Turki, Yordan, Lybia, Qatar, Afrika Selatan, Bulgaria, Singapura, Philipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia.
Post Comment
Tidak ada komentar: