Portal.ONVSOFF.com - "Memberi anak usia di bawah 20 tahun BlackBerry akan merusak bagian otak PFC (preFrontalCortecs)." Demikian pernyataan tertulis di Facebook yang dikutip oleh seseorang dari Twitter. Sekarang ini, smartphone seperti BlackBerry memang sudah menjadi "mainan wajib" bagi anak-anak SD. Namun, benarkah dampaknya bisa sejauh itu?
Psikolog Elly Risman dari Yayasan Kita dan Buah Hati, bisa menjelaskan kebenaran mengenai kerusakan otak ini, yang berkaitan dengan konten pornografi jika diakses menggunakan smartphone. Kerusakan pada bagian di otak akibat pornografi pernah diungkap oleh seorang psikiater dari Amerika Serikat, Mark Kastleman.
Otak depan
Elly mengatakan, otak depan pada anak sebetulnya belum berkembang dengan baik. Bagian otak depan ini baru akan matang pada usia 25 tahun. Otak depan merupakan pusat yang memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Sementara reseptornya yang mendukung otak depan adalah otak belakang, yang menghasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman atau rileks pada seseorang.
Bila sejak dini anak sudah terpapar oleh pornografi, rekamannya akan sulit dihapus dari ingatan dan pikiran untuk jangka waktu yang lama. Bila tidak diantisipasi, anak bisa kecanduan karena pengaruh hormon dopamin yang dihasilkan ketika anak menikmati pornografi. Akibatnya, sistem pada bagian otak depan mengalami kekacauan dan tubuh jadi tak lagi memiliki kontrol diri.
Hasil riset neuroscience lainnya dari Donald Hilton Jr, ahli bedah otak dan dokter terkemuka dari Texas, menemukan bahwa pornografi sesungguhnya adalah penyakit, karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak, dengan kata lain merusak otak di lima bagian. Kecanduan pornografi ini menurutnya lebih berat ketimbang kecanduan kokain.
Penelitian dari American Academic of Child Psychology juga memaparkan kemungkinan buruknya smartphone, yakni hilangnya kreativitas di usia muda karena dalam pengerjaan tugas-tugas yang sifatnya akademis, anak-anak cenderung mengandalkan mesin pencari dalam internet yang memungkinkan mereka melakukan copy-paste.
Menyaring info
Smartphone memang memiliki banyak kelebihan. Dunia bagai dalam genggaman tangan. Selain bertelepon, anak-anak bisa mencari apa pun dengan bantuan situs pencari seperti Google atau Yahoo!. Anak juga dimungkinkan selalu terhubung dengan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Kaskus, dan sebagainya.
Fasilitas-fasilitas ini, di satu sisi menyimpan potensi menyebarkan aneka informasi yang belum layak diakses oleh anak. Misalnya saja, anak mencari situs-situs dewasa lewat Google atau Yahoo!. Atau setiap hari sibuk berjejaring sosial yang membuatnya lupa keluarga dan lupa belajar. Belum lagi di jejaring sosial ini sudah banyak terdengar anak-anak menjadi korban pelecehan orang dewasa, baik secara emosional maupun fisik (anak dibawa kabur oleh kenalannya di dunia maya).
Sayangnya, tak sedikit orangtua yang justru memberikan smartphone kepada anak-anaknya yang masih terbilang polos. Alasannya, agar orangtua dapat berkomunikasi kapanpun dengan anak, ingin anaknya ikut tren dan percaya diri dalam bergaul, atau sekadar menuruti rengekannya agar anak tidak banyak mengganggu kesibukan orang tuanya.
Fenomena yang kemudian terjadi, anak tampak begitu lekat dengan smartphone-nya. Ia baru merasa aman dan eksis bila selalu terhubung dengan orang lain. Kalau tidak, ia khawatir dirinya dikucilkan, sehingga anak selalu membawa kemanapun smartphone-nya. Ia lebih mementingkan berkomunikasi dengan orang-orang "nun jauh" di sana ketimbang dengan orang-orang di sekelilingnya. (kmps)
Post Comment
Tidak ada komentar: