Kisah Bu Supri, Nenek Pemungut Beras Sejak Zaman Presiden RI Kedua

Kisah Bu Supri, Nenek Pemungut Beras Sejak Zaman Presiden RI Kedua
Kisah Bu Supri, Nenek Pemungut Beras Sejak Zaman Presiden RI Kedua

Bukan barang baru ketika calon pemimpin negeri ini berkata soal perubahan dan pemberantasan kemiskinan. Bukan barang baru pula ketika masih ada rakyat Indonesia yang memakan beras yang telah tumpah ke tanah.

Sesosok ibu tua berbaju usang terduduk lesu menatapi beras-beras yang tumpah di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur. Ibu itu bernama Supri (55), yang hidup sebatang kara setelah ditinggal suami berpulang ke hadapan Ilahi 20 tahun silam.

"Saya sudah lama memungut beras seperti ini, disapu terus dikumpulin buat makan setiap hari. Dari pertama kali ke Jakarta juga udah mungut-mungutin beras kayak gini, itu tahun 80an," ujar Supri yang sedang memisahkan beras dengan kerikil di pasar induk itu, Selasa (11/3/2014).

Tangan tua Supri terlihat gemetaran namun terampil memisahkan beras dengan kerikil. Beras yang sudah terpisah dari kerikil dan pasir ditampung dalam bejana tabung besi karatan.

"Sehari biasanya dapat seliter beras buat makan di rumah. Buat makan sendiri, orang suami saya sudah nggak ada terus saya nggak punya anak. Yang saya pungut yang jatuh-jatuh di lantai depan toko," ucap Supri.

Di pasar itu orang-orang dari mana-mana berlalu lalang menapaki lantai tempat Supri memungut beras. Tak usah ditanya soal warna beras yang dipunguti Supri, beras-beras itu sudah kecoklatan meski belum jadi nasi goreng.

"Namanya orang gak punya, orang kecil, makan beras buangan kayak gini juga enak. Saya mah nggak mikir lagi besok ada perubahan apa. Paling sama-sama aja saya tetap mungut beras," kata Supri tertunduk lesu.

Mata Supri menyiratkan rasa lelah, dirinya nampak lelah jika hanya berharap akan mitos perubahan. Supri memilih menumpuk satu demi satu butir beras untuk menu makanan hari ini.(/digali)

Related News

1 komentar:

  1. setiap orang yang berusahan akan di beri jalan mas, makan nya kita harus menghargai setiap karya orang lain

    BalasHapus