Lima orang tewas dalam referendum Mesir
Keamanan diperketat dan pemerintah menyerukan akan menindak tegas kepada siapa pun yang memboikot dan mengganggu jalannya pemungutan suara.
Jajak pendapat ini berlangsung selama dua hari.
Aliansi partai Islam yang dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin menyerukan boikot terhadap pelaksanaan pemungutan suara ini.
Akhir tahun lalu, organisasi ini telah dilarang pemerintah karena dianggap sebagai kelompok teror.
Para pengamat mengatakan pihak berwenang yang didukung militer mengharapkan kemenangan besar untuk memperlihatkan bahwa pelengseran mantan presiden beraliran Islam, Mohammed Morsi, Juli lalu bukanlah sebuah kudeta, tapi revolusi rakyat untuk melawan kekuasaan Morsi.
Sekitar 160.000 tentara dan lebih 200.000 polisi dikerahkan untuk mengamankan referendum di seluruh Mesir.
Pemimpin militer Jenderal Abdel Fattah al-Sisi mengunjungi salah satu lokasi pemungutan suara di Kairo Utara. Ia berpesan kepada salah satu penjaga di sana dengan mengatakan, "Bekerjalah dengan keras, kita menginginkan proses referendum berjalan aman sepenuhnya."
Wartawan BBC Orla Guerin di Kairo melaporkan adanya penyimpangan dalam kampanye, yakni dukungan untuk konstitusi baru membanjiri media elektronik pemerintah dan swasta.
Sebaliknya, poster-poster penolakan referendum lebih sulit ditemukan.(bbc)
wah parah sekali,dalam pemungutan suara aja ada saling bentrok
BalasHapusNice gan artikelnya, semoga bermanfaat
BalasHapusvisit back http://trik-internet-pc.blogspot.com/
disana memang tidak ada habisnya orang tewas akibat konflik berkepanjangan
BalasHapus