Lukisan Berusia 40 Ribu Tahun Ditemukan Di Sulawesi
Para arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional Indonesia, Universitas Wollongong, dan Universitas Griffith Australia menemukan lukisan miniatur kerbau, babi bertotol, cap-cap tangan manusia memenuhi dinding bagian atas gua karst di Maros dan Pangkep, Sulawesi, Indonesia. Lukisan itu diperkirakan sebagai salah satu karya seni tertua di muka Bumi. Usianya lebih dari 40.000 tahun.
Menurut anggota tim arkeolog Budianto Hakim, penemuan tersebut bisa mengubah pemahaman masyarakat dunia tentang asal usul seni prasejarah.
"Gua-gua yang ada di Maros dan Pangkep mengubah pemahaman kita dengan hasil penemuan ini, bahwa di Sulawesi ada manusia modern sejak 40 ribu tahun yang lalu. Tidak cuma di Spanyol," kata Budianto dalam konfresi persnya, di Kantor Arkeolog Nasional, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (9/10/2014).
Dari keseluruhan gua yang berjumlah sekitar 93, Budianto mengungkapkan, hanya 63 gua yang memiliki lukisan manusia modern pertama. "Dari 93 gua yang di observasi, 30 gua tidak memiliki lukisan. Sedangkan 7 yang kita ambil sampel," ungkapnya.
Hal senada juga dikatakan oleh arkeolog Australia Adam Brumm. Menurutnya penemuan ini sangat penting, sebab memberi petunjuk bahwa manusia modern zaman prasejarah tidak hanya ada di daratan Eropa.
Bahkan Adam menilai, manusia modern yang meninggalkan lukisan gua di Sulawesi tersebut bisa saja nenek moyang dari manusia di seluruh dunia.
"Ini bisa saja yang kita temukan adalah karya nenek moyang seluruh manusia di dunia. Karena masih banyak lukisan-lukisan gua yang belum kita teliti di Maros dan Pangkep, yang kita belum tahu berapa lama umurnya," tandas Adam.
Jika benar kita punya lukisan yang lebih tua, maka temuan di Indonesia itu bisa saja menggeser posisi Eropa sebagai tempat kelahiran seni prasejarah.
"Sebelumnya Eropa Barat dianggap sebagai pusat ledakan simbolis (symbolic explosion) -- transisi Paleolitik Tengah ke Atas -- pada awal aktivitas kesenian manusia, dalam bentuk lukisan gua dan bentuk lain penggambaran, termasuk seni figuratif, sekitar 40 ribu tahun lalu," kata pemimpin studi Maxime Aubert, arkeolog sekaligus ahli geokimia dari Griffith University, Australia seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Kamis (9/10/2014).
"Namun, temuan kami menunjukkan seni dalam gua dibuat di ujung dunia lain di Eurasia pada Zaman Pleistosen, pada saat bersamaan. Hal itu menunjukkan bahwa praktik tersebut punya asal usul yang lebih ke belakang -- mungkin di Afrika sebelum spesies kita meninggalkan benua tersebut dan menyebar ke seluruh penjuru Bumi."
Temuan Penting
Sebenarnya sudah lama para arkeolog mengetahui keberadaan gua karst di Sulawesi, selama beberapa dekade. Mereka juga menemukan kerang, tulang hewan, alat dari batu dengan noda pada permukaannya, bahkan sejenis 'krayon' oker --pewarna kuning tua-- di gua tersebut.
Awalnya gambar-gambar dalam gua diasumsikan dari masa prasejarah, namun relatif 'muda'. Mungkin digambar petani pertama atau pemburu dan peramu sekitar 8.000 tahun. Namun, itu hanya sekedar kesimpulan. Para ilmuwan belum pernah mencoba mencari tahu penanggalannya.
Belakangan dipastikan, sejumlah gambar di gua di Sulawesi ternyata memiliki gaya yang sama dengan apa yang ditemukan di Eropa. Misalnya, cap tangan yang dibuat manusia purba dengan cara meludahkan pewarna ke tangan, lalu menempelkan telapak tangan itu ke dinding gua. Mirip dengan cetakan tangan yang ditemukan di gua El Castillo, Spanyol -- yang diperkirakan berusia 37.300 tahun. Sementara, gambar cakram kecil atau titik di gua yang sama -- yang diyakini berusia 40.800 tahun -- dinyatakan sebagai yang tertua dalam studi yang dimuat tahun 2012 di jurnal Science.
Aubert dan para koleganya menyimpulkan 14 lukisan yang ada dalam 7 gua berusia 17.400 hingga 39.000 tahun. Namun uranium dating dari 'gua popcorn' -- benjolan berkerak yang sejatinya adalah deposit kalsit yang dikenal juga dengan coralloid speleothems -- hanya menyediakan usia minimum. Usia lukisan bisa jauh lebih tua. Demikian temuan para ilmuwan yang dipublikasikan di jurnal Nature, 8 Oktober 2014.
Lukisan tertua, berupa cetakan tangan, ditemukan di langit-langit setinggi 4 meter di Leang Timpuseng. Pada peneliti mengatakan, itu adalah contoh paling awal dari cetak tangan. Sekaligus awal kehadiran manusia di Sulawesi.
Mengapa lukisan prasejarah dalam gua punya arti penting?
Seni dan kemampuan untuk berpikir adalah perbedaan utama manusia dengan binatang. Itu mengapa manusia mampu memanfaatkan api, membuat roda, dan mengembangkan teknologi hingga ke taraf tak terhingga hingga masa kini.
Karya seni juga menjadi penanda momentum penting, saat spesies kita menjadi manusia sejati. Temuan lukisan gua di Sulawesi bisa jadi menjadi bukti keberadaan manusia modern di Indonesia. Pada waktu yang relatif sama dengan di Eropa.
Usia karya seni di Sulawesi ini juga menunjukkan bahwa gagasan tentang kapan dan dimana evolusi terjadi harus direvisi lagi.
Lukisan yang ditemukan di Sulawesi dan lukisan gua di Spanyol tampak serupa dan keduanya berumur sama. Padahal, selama berabad-abad, karya seni gua hanya ditemukan di Spanyol dan Prancis selatan. Dengan temuan itu, banyak yang meyakini ledakan kreativitas yang berujung pada munculnya seni dan sains yang ada sekarang bermula di Eropa.
Namun temuan lukisan serupa di Indonesia ini akan mempengaruhi pandangan itu, demikian menurut Profesor Chris Stringer dari Museum Natural History di London. (lpt6/snj-onvsoff)
Post Comment
Tidak ada komentar: