Jillian, Penari Telanjang Yang Menjadi Selir Sultan

Jillian

Jillian, Penari Telanjang Yang Menjadi Selir Sultan

Brunei Darussalam baru saja menerapkan hukum pidana Syariah kepada rakyatnya. Tapi siapa yang menyangka, hukum tersebut malah dilanggar oleh orang nomor satu di negeri yang terletak di daratan Kalimantan tersebut, Sang Sultan.

"Pada hari Selasa saya disambut wajah yang akrab saat membaca berita pagi, Sultan Brunei. Ia terlihat jauh lebih tua dibanding saat saya mengenalnya dulu. Wajahnya juga terlihat lebih letih." Begitu kalimat yang dituliskan Jillian Lauren, wanita yang pernah menjadi selir Pangeran Jefri Bolkiah, adik dari Sultan Brunei Hassanal Bolkiah yang mengaku beberapa kali dipinjamkan Pangeran untuk "melayani" Sang Sultan.

Lewat sebuah artikel di The Daily Beast, Lauren menuliskan bagaimana Sultan Brunei melanggar hukum syariah, hukum yang baru-baru ini ia berlakukan di Brunei.

Ia bercerita bahwa ia menjadi selir Pangeran saat masih remaja berusia 18 tahun. Ia mengatakan bahwa kala itu, Sultan dan sang adik bukanlah orang yang jahat.

"Mereka adalah manusia biasa, yang luar biasa kaya," tulisnya.

Ia kemudian menyinggung soal Sultan Hassanal Bolkiah yang pada Kamis, 1 Mei 2014 lalu mulai menerapkan hukum pidana Syariah di Brunei. Ini merupakan penerapan syariah Islam yang pertama dilakukan oleh sebuah negara di Asia Tenggara dan akan diberlakukan secara bertahap.

Hukum tersebut mengatur segala hal mulai dari hukum pidana yang meliputi hukuman rajam hingga hukuman mati untuk perzinahan, pemerkosaan, dan sodomi. Memotong anggota badan untuk pencurian dan hukuman cambuk untuk aborsi, konsumsi alkohol, dan homo seksual.

"Saya bukan seorang ahli hak asasi manusia internasional. Satu-satunya kualifikasi saya dalam mengomentari hal ini adalah satu malam di awal tahun 1990-an di mana saya dan Sultan sama-sama mabuk dan menikmati lampu-lampu kota Kuala Lumpur dari atas penthouse suite," kisahnya.

Lauren memang telah mengejutkan publik saat ia meluncurkan buku karyanya pada 2010 lalu yang berjudul "Some Girls: My Life in a Harem" berisi tentang kisah hidupnya selama enam bulan menjadi selir Pangeran Brunei.

Awal mulanya ia menerima pekerjaan di Singapura untuk menghibur para pebisnis kaya sebagai penari telanjang di sebuah klub malam di Singapura. Ia kemudian baru mengetahui bahwa sebenarnya ia dipekerjakan untuk menjadi selir Pangeran Jefri Bolkiah, saudara laki-laki paling muda dari Sultan Brunei.

"Kala itu, Sultan adalah pria terkaya di dunia. Sebagai remaja, saya masih sangat lugu dan benar-benar tergiur dengan pekerjaan itu," katanya.

Ia kemudian bercerita mengenai kehidupan Kerajaan di Brunei yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri setibanya di sana. Ia mengatakan bahwa Sang Pangeran ternyata selalu mengadakan pesta setiap malam di istana yang dipenuhi benda-benda mewah yang terbuat dari emas.

"Di pesta-pesta itu selalu ada banyak minuman alkohol yang sebenarnya di sana ilegal. Banyak tarian, karaoke, dan yang paling penting ada sekitar 30 hingga 40 selir lain yang berasal dari berbagai belahan dunia," lanjutnya.

Ia menggambarkan kehidupannya sebagai selir merupakan petualangan yang glamor dan menarik. Namun, ia tak menampik bahwa saat itu ia begitu kesepian karena dipingit di dalam istana.

"Meskipun saya bukan tahanan, tapi saya tidak dibebaskan untuk datang dan pergi kapan pun yang saya inginkan," katanya.

Selama enam bulan menjadi selir pangeran Jefri Bolkiah, ia mendapat bayaran 3.000 ribu dolar AS atau Rp34,7 juta. Jumlah yang fantastis di masa itu. Uang tersebut kemudian ia gunakan untuk membiayai kuliahnya, membeli mobil dan pindah ke California. Namun, saat ini Lauren tinggal di Los Angeles dan berprofesi sebagai penulis.

Ia mengungkapkan ketidaksetujuannya atas hukuman rajam yang akan menimpa para perempuan di Brunei. Ia mengatakan bahwa rajam dipraktekkan dan disahkan oleh hukum di 15 negara. Hal ini sangat tidak proporsional karena seringkali diterapkan pada perempuan sebagai hukuman untuk perzinahan.

Lauren juga menambahkan bahwa kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International and Human Rights Watch bahkan mengangap hukuman tersebut sangat kejam dan merupakan salah satu bentuk penyiksaan.

Menurut organisasi hak-hak internasional, Women Living Under Muslim Law, rajam adalah salah satu bentuk kekerasan yang paling brutal yang dilakukan terhadap perempuan untuk mengontrol dan menghukum seksualitas dan kebebasan dasar mereka.

"Namun, telah menjadi hak istimewa Sang Pangeran dan Sultan untuk berperilaku buruk. Untuk orang lain yang berada dalam batas-batas Brunei, muslim dan non-muslim, kebebasan telah dibatasi dan untuk menegakkan keterbatasan dilakukanlah kekerasan brutal," tulisnya.

Lauren juga berpendapat bahwa sebagai warga negara yang hidup di masyarakat sosial yang bebas, telah menjadi haknya untuk melakukan apa pun selama ia tidak melanggar hukum dan mengganggu kebebasan orang lain.

"Sudah menjadi hak prerogatif saya untuk tidur dengan pangeran-pangeran mana pun yang saya inginkan. Saya hidup dengan pilihan-pilihan saya," katanya.

"Sekarang, di saat warga Brunei menghadapi keterbatasan akan hak-hak mereka, saya membayangkan orang yang saya kenal, bersembunyi di suite hotel mewah, mungkin dengan remaja Amerika lainnya duduk di pangkuannya, membuat undang-undang yang mengatur moralitas". (viva/rsn-onvsoff)

Related News

Post Comment

Tidak ada komentar:

Leave a Reply